Jumat, 30 September 2011

Hikmah di Tempat Penjual Nasi Uduk

       Kejadian ini saya alami beberapa waktu lalu sepulang dinas malam dari rumah sakit.  Meskipun kejadian ini sederhana dan sepertinya lazim dialami sebagian orang, namun kejadian ini cukup membuka alam pikiran saya untuk berfikir lebih jauh.
  
       Sepulang dinas malam dari rumah sakit, karena merasa lapar, saya mampir ke tempat penjual nasi uduk yang ada di pinggir jalan.  Waktu itu sudah agak siang, dan sepertinya penjual nasi uduk tersebut juga sudah agak sepi. Di meja tempat jualannya tampak beberapa gorengan yang tinggal beberapa buah saja. Tampak juga sebuah toples kerupuk yang biasa sebagai pelengkap nasi uduk, namun isinya tinggal sedikit dan sudah tinggal remukannya saja.

       "Nasi uduknya satu bungkus ya Bu.." kataku kepada penjual nasi uduk.
       "Baik Nak.." kata si ibu penjual nasi uduk sambil menyiapkan nasi uduk pesananku.

       Saat aku menunggu nasi uduk pesananku disiapkan, muncul seorang bapak yang juga ingin membeli nasi uduk.  Namun bapak itu tidak langsung memesan, ia tampak memperhatikan beberapa gorengan dan kerupuk yang ada di toples.  Mata sang bapak tampak tertuju lama pada toples yang berisi kerupuk remuk yang tinggal sedikit.

      "Nasi uduknya satu bungkus ya bu.."  Bapak itu berkata juga akhirnya.
      "Baik Pak, tunggu sebentar ya..."  kata si penjual nasi uduk.

       Pesananku tampak hampir selesai, sang ibu penjual nampak menaburkan kerupuk yang tinggal remukannya ke atas nasi uduk pesananku.  Di toples sekarang hanya tersisa sangat sedikit kerupuk remukan.
Sang ibu penjual lalu membungkus rapat dan menyerahkan nasi uduk itu kepadaku.

       "Buat saya dulu aja ya Bu."  tiba-tiba sang bapak berkata sambil mengambil nasi uduk pesananku.
Setelah mengambil nasi uduk pesananku dan membayarnya, tanpa permisi kepadaku sang bapak langsung berlalu.  Mungkin dia berfikir nasi uduk pesanannya nanti pasti berisi sangat sedikit kerupuk yang sudah remuk sekali.

        "Maaf ya Nak, nasi uduknya diambil sama bapak itu duluan." kata sang ibu penjual nasi uduk yang tampak merasa tak enak kepadaku karena nasi  uduk pesananku di rebut oleh bapak tadi.
        "Oh.. Ngga apa-apa Bu.  Santai aja Bu. Aku ngga buru-buru koq." jawabku dengan santainya.

        Si Ibu kembali mempersiapkan nasi uduk untukku.  Aku sempat berfikir, mungkin si bapak tadi merebut pesananku karena melihat kerupuk yang di toples tinggal sedikit sekali dan sudah sangat remuk kecil-kecil sehingga dia berpendapat nanti dia yang bakal mendapat kerupuk yang sedikit itu.  Aku berfikir demikian karena ketika bapak tadi melihat ke arah toples kerupuk, wajahnya tampak tersenyum kecut.  Mungkin dia berharap akan mendapat kerupuk yang lebih banyak.

       Aku kembali memperhatikan si ibu penjual nasi uduk sedang mempersiapkan pesananku, dan ketika giliran hendak menaruh kerupuk, si ibu mengambil sesuatu ke bawah meja.  Dan ternyata yang diambil adalah kerupuk yang baru yang masih di dalam plastik.  Sang penjual kemudian menuangkan kerupuk yang di dalam plastik ke toples yang ada di meja.  Setelah itu ia menaruh kerupuk di nasi uduk pesananku.  Setelah itu ia langsung memberikan kepadaku.

       Aku tertegun melihat kejadian ini.  Kejadian ini sebenarnya biasa bagi orang lain, namun kejadian ini membuka pikiranku.  Ada beberapa pelajaran yang berguna dari kejadian yang biasa-biasa saja ini.
Sesungguhnya banyak diantara kita yang suka merebut sesuatu yang sebenarnya itu milik orang lain dengan harapan mendapat sesuatu yang lebih baik tanpa memikirkan mungkin saja sebenarnya jika kita bersabar, milik kita nanti akan lebih baik dari yang kita rebut.  Dan milik kita yang sebenarnya lebih baik itu kemungkinan dapat menjadi milik orang yang kita rebut.

       Seperti yang dialami bapak tadi,  sebenarnya jika ia bersabar, mungkin dia yang akan mendapat kerupuk dengan kualitas yang lebih baik (tidak remuk).  Namun dia dengan mudahnya merebut milik orang lain karena ingin mendapat kerupuk yang lebih besar dan berfikir bahwa jika ia tidak merebut, maka nanti akan mendapat kerupuk yang lebih sedikit dan lebih remuk.

       Demikian juga dengan saya, jika saya tidak bersabar dan tetap bersikeras tidak mau memberikan nasi uduk pesanan saya kepada bapak tadi, maka saya tidak akan mendapat kerupuk yang lebih baik (tidak remuk).

       Hikmah yang saya dapat dari kejadian ini adalah tetaplah bersabar menerima apa yang diberikan Allah kepada kita, janganlah mengambil hak milik orang lain yang bukan hak kita dan janganlah kita iri kepada orang lain.  Karena mungkin saja nanti kita akan mendapat yang lebih baik.

       Karena jika kita merebut hak milik orang lain, mungkin saja hak kita yang sebenarnya lebih baik akan menjadi milik orang yang kita rebut.  Untuk itu bersabarlah, berprasangka baiklah pada Allah dan yakinlah bahwa Allah akan memberi yang terbaik untuk orang-orang yang bersabar.

HIDUP ITU SEPERTI BERKENDARA

Hidup itu seperti mengendarai kendaraan untuk mencapai tujuan.
Kita tidak akan selamanya berada di jalan yang rata.
Terkadang akan menjumpai jalan yang berkerikil, berlubang, dan jalan yang penuh rintangan.
Bahkan jika sedang bernasib kurang baik, terkadang kita terjatuh dan celaka.
Namun ingatlah untuk tetap bergerak maju, agar sampai pada yang kita tuju.

Kita juga tak selamanya menatap lurus ke depan.
Terkadang kita juga harus melihat ke belakang, namun bukan untuk mundur.
Kita melihat kebelakang agar yang ada di belakang tidak akan mengganggu perjalanan mencapai tujuan.
Dengan sebuah bantuan kita dapat melihat ke belakang dengan tetap maju ke depan.

Kita juga tidak selamanya berjalan.
Terkadang kita harus berhenti sejenak untuk beristirahat, atau memberi kesempatan orang lain untuk lewat.
Namun setelah berhenti sejenak, jangan lupa untuk bergerak maju agar sampai ke tempat yang kita tuju.

Dan ingatlah, meskipun kita berada di jalan yang tidak rata,
sedang terjatuh,
ataupun sedang melihat kebelakang,
atau juga sedang berhenti sejenak,
Tetaplah ingat untuk maju.
Karena cepat dan lambatnya kita mencapai tujuan, tergantung pada yang kita lakukan.